-->

Planet Rahasia - Media televisi yang satu ini mungkin sudah sama-sama kita ketahui siapa pendiri dan pemiliknya, Ada nama besar keluarga Bakrie disana. Berdiri pertama kali tanggal 14 februari 2008, TV One menjelma jadi salah satu televisi yang aktiv memberikan tayangan berita setiap harinya untuk masyarakat Indonesia. Seiring perkembangannya, ada fakta menarik yang mungkin juga Anda tahu terkait TV One, bahwa 5 kebohongan TV One ke publik berikut ini pernah jadi sebuah pemberitaan yang ditujukan untuk kepentingan tertentu. Pasalnya kita sama-sama menyaksikan ini sebagai pemberitaan yang fair. Padahal ada niatan tertentu disana. Apa-apa saja kebohongan TV One ke publik tersebut?, berikut kami merangkumnya untuk sekedar mengingatkan Anda, dengan harapan,  sebaiknya Anda berhati-hati menerima informasi yang kebenarannya masih dipertanyakan. Apalagi pemberitaan yang datang dari televisi dimana pemiliknya atau orang-orang di dalamnya adalah seorang politisi negeri ini. Waspadalah!!!.

1. Hasil Kemenangan Prabowo - Hatta di Pilpres 2014

Kebohongan TV One
Di saat semua lembaga survei memenangkan Jokowi - Kalla di pemilihan presiden 2014, TV yang katanya 1 untuk negeri ini kukuh bahwa hasil pemungutan suara cepat (quick count) pemenangnya adalah Prabowo - Hatta.

Sampai pada saat KPU resmi mengumumkan siapa yang terpilih menjadi pemimpin negeri ini, TV One juga sepertinya tidak kuasa melihat pembohongan berita yang mereka sampaikan ke publik disaksikan berjuta-juta pasang mata.

Melalui yang kami perhatikan selama ini, tidak ada satupun bentuk permintaan maaf dari TV One ke publik akan konsistensi mereka mengukuhkan Prabowo - Hatta sebagai pemiliki suara terbanyak melalui hasil hitung cepat. Entah dimana letak urat malu orang-orang yang ada di dalam perusahaan 1 untuk negeri ini. Sebagai media pemberitaan, tentu kita dapat memahami, bisa saja kesalahan penyampaian berita terjadi. Tapi kita juga tidak ingin sipembuat berita tanpa mengakui kesalahan dan meminta maaf atas kesalahan pemberitaan yang mereka lakukan.

Sampai kami menyatakan bahwa disini terjadi konspirasi dengan tujuan tertentu. Kami juga menyatakan bahwa ini adalah bentuk kebohongan TV One pada publik. Bagaimana Anda menilainya?.

2. Andris Ronaldi, Si Markus TV One adalah Rekayasa

Markus TV One Bohong
Pembohongan TV One berikutnya terjadi pada tahun 2010. Tidak tanggung-taggung, TV One kali ini mencoba menghancurkan image Institusi Polri dengan mengungkap makelar kasus (markus) yang terjadi di Mabes Polri itu sendiri.

Kronologis kebohongan TV One ini bermula ketika dalam sesi wawancara di acara Kabar Indonesia Pagi tanggal 18 maret 2010. Andris Ronaldi diminat sebagai narasumber untuk menjelaskan kegiatan seorang makelar kasus yang sering bekerjasama dengan Mabes Polri. Tapi pada kenyataanya, Andris Ronaldi bukanlah seorang Markus seperti yang diperbincangan hari itu. Salah satu presenter TV One “meminta” ia berbohong dengan bertindak sebagai Markus.

Pembohongan ini terungkap setelah ada penyelidikan dengan narasumber yang dihadirkan oleh TV One oleh Mabes Polri yang curiga dengan semua keterangan yang diberikan Andris Ronaldi. Dan ternyata benar saja, dalam penyelidikan, Andris Ronaldi mengaku diminta oleh Indry Rahmawati (presenter TV One) sebagai narasumber palsu, ia juga mengaku kalau dalam kegiatan pembohongan publik tersebut, ia akan mendapat imbalan sebesar Rp 1500.000.

Atas kebohongan TV One ini, akhirnya Mabel Polri melaporkan TV One ke komisi penyiaran. TV One dianggap melanggar UU No 32/2002 tentang penyiaran pasal 67 huruf D.

3. Pemberitaan Nurdin M. Top Tewas di Temanggung

Pemberitaan Nurdin M. Top Tewas di Temanggung TV One
Kesalahan fatal lagi-lagi dilakukan TV One. Apakah anda masih mengingat kejadian penyergapan sekelompok teroris di Temanggung?, iya, semua media televisi menyiarkan penyergapan tersebut. Bahkan TV One dan Metro TV menyiarkan secara langsung aksi heroik para Detasemen Khusus 88 (densus 88)  saat berhasil menyerbu tempat persembunyian para teroris.

Disinilah kesalahan fatal terjadi, dalam headlinenya, TV One mengungkapkan bahwa gembong teroris Nurdin M. Top telah tewas. Sementara Metro TV hanya berani menduga kemungkinan yang tewas dalam penyerbuan itu adalah Nurdin M. Top. Benar saja, ternyata bukan Nurdin yang tewas, melainkan Ibrohim.

Sangat disayangkan, penyampaian berita yang terlanjur salah sudah tidak dapat dibenarkan lagi. Keinginan untuk menjadi yang terdepan benar-benar sudah dicapai oleh TV One, tapi sayangnya terdepan dalam menyampaikan kebohongan. Apakah Anda setuju dengan pernyataan ini?.

4. Pemberitaan Terbalik di Kasus  Club Sriwijaya FC

TV One dengan Pemberitaan yang Salah
Entah apa yang ada di dalam benak para penyiar Kabar Pagi TV One pada saat itu, bisa-bisanya menginformasikan berita yang jauh diluar fakta sebenarnya.

Berita Asli : Sejumlah pemain Sriwijaya FC terlibat kasus pemukulan terhadap supporternya sendiri. Dan insiden tersebut sudah sampai ke tangan pihak yang berwajib. Kasus ini terjadi pada tanggal 9 mei 2010. Pemukulan bermula ketika usainya pertandingan antara Sriwijaya FC berhadapan dengan Persija. Sejumlah pemain Sriwijaya FC tersinggung dengan ulah supporter yang menyanyikan yel-yel “Majulah-majulah Sriwijaya. Pantang mundur. Kalau Sriwijaya mundur seperti ayam sayur”. Dari yel-yel ini para pemain tersulut emosinya, hingga akhirnya bentrokpun tidak dapat terelakan. Kejadian ini berlangsung  di lampu merah Simpang Charitas.

Berita TV One : Sepak bola Indonesia kembali tercoreng akibat ulah Jakmania yang terlibat perkelahian dengan pemain Sriwijaya FC. Perkelahian disulut karena ulah Jakmania yang bernyanyi mengejek pemain Sriwijaya. Korban luka-luka saat ini masih di rawat di RS.

Dari 2 cuplikan berita dengan topik yang sama di atas, bisakah Anda perhatikan dimana letak perbedaannya?. Kami pikir para penyiar TV One perlu cermat dalam mengolah berita agar tidak menjadi pemberitaan yang simpang siur. Seperti pernyataan Anda (para presenter TV One) “ada ribuan mata yang menyaksikan siaran ini”.

5. Pembohongan T V One Langsung pada Jokowi “Wawancara 100 Hari Kerja sebagai Gubernur”

TV One Wawancara 100 Hari Kerja sebagai Gubernur
Ternyata TV One tidak saja bertindak sebagai Hater Jokowi setelah menjadi Presiden. Sebelum menjadi Presidenpun TV One sudah terbentuk sebagai Hater untuk Jokowi.

Kejadian bermula saat adanya sebuah undangan langsung ke Gubernur Jakarta pada saat itu Joko Widodo untuk langsung mengadakan sesi tanya jawab mengenai 100 hari kerja beliau sebagai Gubernur. Jokowi sebelumnya bersedia datang  dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh TV One, salah satunya adalah, topik yang dibahas hanya seputar banjir dan jebolnya tanggul jalan Latuharhary. Ditambah dengan tidak boleh ada tambahan narasumber lain selain mantan Walikota Solo tersebut.

Tapi pada kenyataanya, Jokowi dibombardir dengan sejumlah pertanyaan diluar persyaratan di atas, bahkan TV One mendatang narasumber tambahan untuk mengisi wawancara bertajuk 100 hari kerja sebagai Gubernur tersebut.

Pihak ajudan Gubernur menyatakan kepada salah satu portal berita online, Pak Jokowi merasa kecewa dengan ulah TV One yang sudah melanggar syarat yang telah ditentukan untuk kepentingan wawancara. Jokowi merasa dibohongi!.